Posted by : Unknown Monday 9 January 2012

Dongeng Baru: Kancil “Cerdik” dan Kerbau Baik

Oleh: Al Jupri
Fajar mulai menjelang, Matahari bangun menampakkan sinar, dan merah shubuh pun mulai terlihat. Kabut putih mulai menipis, Dingin mulai lari, Ayam berkokok bersahutan, dan Adzan subuh pun berkumandang di berbagai penjuru negeri.
Sementara itu di sebuah semak belukar, dekat perkebunan penduduk desa, sang Kancil masih malas untuk bangun pagi. Dia baru terjaga dari tidurnya.
“Hmmmh, hari ini saya harus pergi sekolah. Belajar bermacam ilmu dan pengetahuan. Duh, masih males…,” gumam Kancil lalu beranjak dari tempat tidurnya. Kemudian dia dengan cepat menuju sungai kecil dekat rumahnya untuk segera mandi. Tak lupa setelah beres mandi dan sholat subuh dia membersihkan tempat tidurnya. (Kayak lagu bangun tidur saja… :mrgreen: ) Sementara ibu Kancil sudah siap dengan sarapan pagi, sepiring ketimun kesukaan anaknya sang Kancil-unyil. Ya, Kancil-unyil nama lengkap anaknya.
“Assalamu’alaikum,” terdengar salam dari Kerbau-keribo, teman Kancil-unyil, di depan rumah.
“Wa’alaikum salam,” jawab ibu Kancil.
“Hai Kerbau, mari masuk dulu. Si Kancil sedang sarapan tuh, ayo ikutan…” ajak ibu Kancil kepada Kerbau.
“Makasih Bu, saya sudah sarapan sekeranjang besar rumput segar, tadi di rumah,” jawab Kerbau.
“Kerbau, sebentar ya saya ambil tas sekolah saya dulu,” ucap Kancil yang sudah beres sarapan.
Kemudian dua sahabat karib itu pun berangkat sekolah, berjalan kaki dengan riangnya. Melintas hutan, menyebrang sungai, melewati sawah, ladang hingga sampai di sekolah mereka.
Di sekolah mereka bertemu teman-teman lainnya. Ada Monyet, Kura-kura, Kucing, Tikus, Harimau, Siput, dan Buaya. Mereka semua belajar dalam kelas yang sama. Setelah waktunya tiba, belajar pun dimulai. Mereka diajari oleh Bu Guru mereka yang pandai dan bijak, Bu Gajah namanya.
Pulang sekolah, Kancil dan Kerbau pun pulang bersama. Di kala Mentari sedang terik-teriknya, rupanya sang Kancil kelelahan dan merasa lapar di perjalanan. Kerbau pun sudah mulai kepanasan.
“Kita istirahat dulu yuk di situ tuh,” ajak Kancil pada Kerbau sambil menunjuk tempat rindang dekat pematang sawah tempat mereka jalan kaki. Kerbau pun setuju.
“Cil, saya juga mau ngadem dulu ya di kubangan itu tuh,” kata Kerbau terus menuju kubangan lumpur dekat Kancil istirahat.
Sambil istirahat di bawah pohon rindang, rasa lapar makin menjadi. Ingin rasanya dia sampai ke rumah, tapi jarak masih jauh. Diapun membayangkan ketimun segar makanan kesukaannya. Terus kemudian berpikir, bagaimana caranya dia mendapatkan ketimun tersebut. Pikiran “cerdik” tapi nakal mulai merasuk. Sang Kancil berpikir bagaimana meminta bantuan temannya sang Kerbau untuk mengambil ketimun milik Pak Tani dekat tempatnya istirahat.
Sementara itu, sang Kerbau sambil berendam di kubangan air dan bermanja-manja membasuh tubuhnya, dia berpikir mencari pemecahan soal PR yang diberikan oleh Bu Gajah tadi pagi. Soalnya itu seperti berikut ini.
Saya mempunyai sepuluh buah ketimun. Kemudian akan membaginya dalam dua bagian. Banyaknya tiap bagian saya kalikan dengan dirinya sendiri, dan ketika saya tambahkan hasil kedua perkalian tersebut, jumlahnya adalah lima puluh delapan. Berapa jumlah masing-masing bagian tersebut?
Kerbau berpikir keras berusaha memecahkan masalah tersebut. Karena dia ingat pesan ibunya, bahwa dia harus belajar dengan rajin agar jadi orang pandai yang berguna kelak. Tapi, setelah beberapa lama berendam dan berpikir, pemecahan soal tersebut tak kunjung ditemukan.
“Cil, PR dari Bu Gajah tadi kamu bisa engga?” tanya Kerbau, beranjak dari kubangan, dan menuju pada sang Kancil yang sedang istirahat. Kancil jawab, “Eh iya, saya belum tahu. Saya belum mikirin PR itu. Saya mikir yang lain.”
“Dari tadi saya mikir, belum bisa juga. Mungkin kalau kamu yang mikir, bisa dengan mudah soal tersebut dijawab. Itukan soal tentang Ketimun, makanan kesukaan kamu,” kata Kerbau pada Kancil.
“Ngomong-ngomong, saya lapar nih, yuk kita ngambil ketimun Pak Tani di sana tuh, ” ajak Kancil.
“Gemana caranya Cil?”
“Ah, gampang saja. Gini caranya…” kata Kancil kemudian membisik ke telinga Kerbau.
Kerbau berpikir berulang kali. Mulanya dia akan tergoda. Dan akan menuruti perkataan kancil. Tapi kemudian dia ingat pesan ibunya, bahwa dia tidak boleh nakal. Tidak boleh mencuri.
“Ngambil? Ga mau ah kalau ga bilang dulu ke Pak Tani! Kalau ngambil tanpa bilang-bilang, itu namanya mencuri, ga mau ah,” tolak Kerbau dengan tegas.
[Bersambung]
=======================================================
Segitu saja ya, silakan disambung sendiri ceritanya! Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Mudah-mudahan cerita ini ada manfaatnya. Amin.
Catatan:
-Dongeng ini dibuat segera setelah membaca dongeng Si Kancil dan Kerbau Dungu

Sumber : http://mathematicse.wordpress.com/2007/11/20/dongeng-baru-kancil-cerdik-dan-kerbau-baik/

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Hendy_Blogger - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -